Tuesday, July 31, 2007

Alhamdulillah, saya sangat bersyukur !

Baru aja saya beli buku Quantum Ikhlasnya Mas Erbe Santanu. Belum selesai dibaca sih... Tapi dari sedikit yang sudah saya baca itu, saya mendapat pelajaran berharga. Ternyata, apa yang menjadi keyakinan saya selama ini bahwa kita harus selalu berpikir positif, kurang tepat, bahkan cenderung "menyesatkan".

Alih-alih positive thinking, seharusnya kita selalu "merasakan" positive feeling. Yup, percuma saja "otak" kita berpikir positive, tapi "hati" kita tidak. Jadinya nggak sinkron. "hati" adalah alam bawah sadar yang memiliki pengaruh 88%, sementara "otak" adalah alam sadar yang memiliki pengaruh 12%. Jadi, kemana diri kita akan dibawa (sukses-tidak sukses, sehat-sakit, stress-fun, sedih-bahagia) alam bawah sadarlah yang bertanggung jawah, karena ia memiliki pengaruh yang lebih besar.

Di Quantum Ikhlas dijelaskan, perasaan positif (positive feeling) bisa dilatih, salah satunya dengan kita "merasa" bersyukur setiap saat. Bersyukur adalah awal untuk menjadi ikhlas.

Saya akan mulai berlatih dengan menuangkan rasa syukur saya dalam tulisan ini. Hanya mengucapkan dalam bibir, serta merasakan dalam hati saja rasanya masih kurang. Dengan menuangkannya dalam tulisan, otomatis pikiran, perasaan dan tubuh (tangan) kita semua bekerja bersama-sama.

Oke, saya mulai....

Alhamdulilah, saya bersyukur sekali dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Sejak kecil saya telah dilimpahi kasih sayang dan cinta yang luar biasa dari Bapak dan Ibu saya. Bapak senantiasa menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang sampai saat ini insya Allah masih saya pegang. Saya beruntung sekali dilahirkan di kampung, di sebuah desa di lereng Gunung Slamet, bukan di kota besar. Jadi, sampai sekarang, saya tidak tergoda oleh sikap individual dan materialistis sebagaimana kebanyakan masyarakat di kota besar. Alhamdulilah, kebiasaan hidup prihatin dan sederhana sudah dibiasakan oleh Bapak dan Ibu, sehingga saya sudah tidak kaget lagi ketika memang harus hidup prihatin.

Alhamdulillah, saya merasa bersyukur sekali karena Bapak dan Ibu telah membekali saya dengan pendidikan yang baik. Mungkin karena Bapak sendiri adalah seorang guru. Sejak kecil, saya sudah diakrabkan dengan buku bacaan. Benar-benar sebuah anugerah yang luar biasa, yang manfaatnya sangat terasa sekarang. Bapak juga tidak pernah "menyuruh" saya belajar, sebaliknya saya dibiarkan untuk mendapatkan sendiri kesadaran dan kebutuhan akan belajar. Bapak tidak pernah menuntut saya untuk mengambil jurusan ini itu kepada saya, tapi Bapak memberikan pandangan-pandangannya, dan saya tetap dibebaskan untuk memilih jurusan apa saja yang saya mau.

Alhamdulillah, saya merasa bersyukur sekali bisa lolos UMPTN dan bisa merasakan kuliah di sebuah Universitas Negeri. Alhamdulillah, biaya kuliah di sini murah sekali jika dibandingkan dengan universitas-universitas yang lain. Saya bersyukur sekali, sewaktu kuliah saya berkesempatan ikut beberapa organisasi mahasiswa dan bertemu kawan-kawan yang luar biasa dari lain jurusan maupun fakultas. Alhamdulilah, dulu ketika kuliah saya tidak melulu "belajar" thok dan mengejar IPK. Justru pengalaman berorganisasi itulah yang melatih kecerdasan emosional dan sosial saya. Hal yang saya rasakan betul kegunaannya sekarang.

Alhamdulilah, dulu sebelum lulus saya sudah merasakan bekerja. Di dua perusahaan berbeda! Satunya perusahaan konsultan dan satunya lagi perusahaan kontraktor. Saya bersyukur sekali, sudah memiliki pengalaman kerja meskipun belum lulus. Rasa syukur saya semakin bertambah, mengingat bahkan sampe saat ini ada masih ada beberapa teman angkatan saya yang kurang beruntung belum diterima kerja alias masih menganggur. Saya bersyukur sekali, saya bisa lulus dengan IPK di atas 3.

Alhamdulillah, ternyata di balik ujian Allah memanggil Bapak begitu cepat ada hikmah yang luar biasa. Saya jadi lebih dewasa, dengan tanggung jawab "mengawal" Ibu dan kedua adik perempuan saya. Saya jadi belajar untuk lebih sabar dan memikirkan setiap langkah dan keputusan yang akan saya ambil, tidak asal jalan dan grusa-grusu.

Saya bersyukur sekali, saya tidak perlu berlama-lama menunggu panggilan kerja. Saya juga bersyukur, saya tidak usah menulis lamaran kerja banyak-banyak sebagaimana sebagian besar teman kuliah saya. Saya hanya perlu fokus pada satu lamaran yang saya kehendaki, dan alhamdulilah saya diterima di perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini.

Saya bersyukur sekali bisa "belajar" di perusahaan dimana saya bekerja. Banyak sekali ilmu-ilmu aplikatif yang tidak saya peroleh di bangku kuliah, tapi saya dapatkan di sini. Saya bersyukur sekali, di awal tahun 2006 saya ditugaskan di sebuah proyek. Ternyata di proyek jaaaauuuh lebih banyak lagi ilmu-ilmu yang saya dapatkan.

Saya merasa sangat bersyukur, bisa "nyasar" ke milis-milis motivasi, milis perencanaan keuangan dan milis bisnis. Saya juga sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Pak Roni. Meskipun dipisahkan oleh jarak yang jauh, teknologi internet telah memungkinkan saya untuk belajar tentang kehidupan, motivasi dan bisnis darinya. Saya juga bersyukur sekali, diberikan kesempatan untuk ikut Entrepreneur University. Sungguh, baik Pak Roni maupun Entrepreneur University telah mendorong saya untuk selalu menjadi yang terbaik.

Alhamdulillah, EU dan TDA telah mengajarkan saya untuk ringan tangan dalam memberi. Saya telah merasakan kenikmatan tertinggi, yaitu ketika kita memberi dan berbagi untuk orang lain.

Alhamdulillah, saya sangat beruntung, dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa, Juni, Candra, dan Zaenal. Mereka telah menjadi inspirasi dan partner bisnis yang luar biasa dahsyat.

Alhamdulillahi robbil 'aaalamiin... Allah telah menganugerahkan hidup yang luar biasa untuk saya.

Friday, July 27, 2007

Apa Profil Saya ?

Tulisan ini saya kutip dari sini. Yang nulis adalah Jenderal TDA alias Pak Roni.

Dalam berbisnis, ternyata setiap orang memiliki 8 kecenderungan alami yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Peluang untuk sukses lebih besar jika kita paham betul dengan kecenderungan/bakat/profil alami kita itu.

Nah, 8 profil alami tersebut adalah :


1. Creator
2. Star
3. Supporter
4. Deal Maker
5. Trader
6. Accumulator
7. Lord
8. Mechanic

1. Creator. Orang seperti ini diwakili oleh Bill Gates, Walt Disney, Richard Branson dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang kreatif dan banyak idenya. Mereka akan terus berkreasi dengan apa pun yang dimilikinya, meskipun terbatas. Mereka fokus di sisi kreatif saja dan menyerahkan pekerjaan lainnya kepada supporter atau mechanic dan lainnya.

2. Star (bintang), contohnya adalah Oprah Winfrey, David Beckham, Inul dan sebagainya. Mereka menjadi magnet bagi uang. Personal branding mereka kuat dan melekat pada dirinya. Uang didapatnya ketika ia tampil di pentas. Biasanya mereka ini adalah orang-orang yang ekstrovert, suka tampil di depan orang banyak.

3. Supporter (pendukung). Diwakili oleh Jack Welch (mantan CEO GE), TP Rachmat (Astra). Mereka suka memimpin orang, adalah manajer yang handal dan hebat dalam mengelola perusahaan.

4. Deal Maker, contohnya adalah Donald Trump, Li Kashing. Mereka suka bernegosiasi sampai titik darah penghabisan. Akalnya ada 1001 untuk mendapatkan best deal.

5. Trader (pedagang), contohnya adalah George Soros, Theo F. Toemion. Mereka mencari produk dengan harga murah dan bisa dijual harga tinggi. Timing adalah salah satu kunci keberhasilannya. Visinya adalah jangka pendek. Yang penting beli di harga sekian dan jual di harga sekian.

6. Accumulator, tokohnya adalah Warren Buffet, Robert Kiyosaki. Mereka suka mengumpulkan aset, menunggu dengan sabar sampai harganya tinggi dan menjual atau mendapatkan cashflow dari aset itu.

7. Lord, mereka adalah orang yang suka dengan detail, suka menghitung dengan matang dan jeli, pintar merekayasa keuangan. Profil ini diwakili oleh Andrew Carnegie, Laxmi Mittal, Sandiaga Uno dan sebagainya. Mereka bisa membangun kekayaan dengan modal nol.

8. Mechanic. Orang tipe ini adalah para pembuat sistem dan mengembangkannya. Contohnya adalah Ray Kroc (Mc Donald's), Sam Walton (Wal Mart) dan sebagainya. Mereka selalu berpikir bagaimana agar sistem bisnisnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Apakah tipe profil yang cocok untuk anda? Silakan tentukan sendiri di mana kecenderungan anda. Tidak mutlak harus kuat di satu profil saja. Bisa jadi ada 1 yang kuat dan 2 lainnya mendukung.

Orang yang sudah mengetahui profilnya, ibarat berjalan di jalan tol bebas hambatan.

Orang yang belum ketemu profilnya, ibarat berjalan di jalan kampung yang berliku-liku alias banyak trial dan errornya.

Kalau anda sudah tahu di mana profil anda, enak sekali. Anda tinggal fokuskan saja di situ.

Contohnya Inul. Dia hanya fokus latihan goyang dan nyanyi aja. Dia tidak mikirin bagaimana menjual karcis, bagaimana menata panggung, bagaimana band pengiringnya dan bagaimana membuat deal dengan event organizernya. Semua pekerjaan itu dilimpahkannya kepada ahlinya.

Dia hanya fokus di panggung saja sebagai star.

Coba bayangkan seandainya semua hal itu dilakukannya sendiri saja. Kebayang nggak bagaimana pusingnya.

Kemarin siang saya bertemu dengan seorang supplier saya yang agak bermasalah. Masalah utamanya adalah dia merangkul semua profil itu di dalam dirinya alias "one man show".
Akibatnya, kepalanya hampir "pecah" kelebihan beban. Dia adalah direkturnya merangkap kreatif merangkap produksi merangkap pemasaran merangkap bagian keuangan merangkap bagian purchasing merangkap deal maker.

Menurut saya dia adalah seorang deal maker. Dia cukup fokus di bidang itu saja dan menyerahkan seluruh pekerjaan lainnya kepada orang lain. Masalahnya, dia adalah orang yang perfeksionis, tidak mudah percaya kepada orang lain. Nah, ini sih soal mind set yang salah.

Ada juga teman saya yang memaksakan diri jadi pedagang. Padahal dia adalah tipe mekanik yang kuat di sistem. Tau sendiri kan apa cerita selanjutnya? Ya, gagal tentu saja. Dia paksakan terus buka dagangan lain dan berakhir dengan kekecewaan yang sama.

Makanya, saran saya pakailah kaidah tukang kayu: ukur 2 kali, potong 1 kali. Renungkan dulu sampai ketemu bakat alami anda. Kemudian fokuslah di sana dan kembangkan bakat itu untuk membangun kekayaan anda.

Kedelapan profil yang diwakili oleh tokoh suksesnya itu membangun kekayaannya dengan caranya masing-masing. Tidak semuanya harus menjadi pedagang.

Temukan bakat alami anda, fokus, serahkan sisanya kepada ahlinya. Dan anda pun insya Allah akan berada di jalan tol menuju kekayaan yang diidam-idamkan.

Wednesday, July 25, 2007

Guru sukses ada di mana-mana....

Sore tadi, saya diajak seorang teman menemui seorang pengusaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

Skala usahanya? Sudah bisa dibilang miliarder. Proyeknya bertebaran di mana-mana. Yang terbaru adalah proyek pembangunan sebuah hotel beberapa lantai.

Beliau cerita, memulai menjadi TDA pada tahun 94, setelah sebelumnya menjadi karyawan selama 2 tahun.

Saya takjub, untuk ukuran usahanya yang sudah demikian besar, masih mau berbagi ilmunya dengan saya dan teman saya yang masih "hijau". Baru-baru ini, dia jg mulai bermain sebagai developer kecil-kecilan, dan baru saja menjual 2 buah rumah yang dibangunnya sendiri masing-masing seharga 600 juta. Masih ada 2 rumah yg sudah hampir selesai dibangun, sudah diiklankan di koran, dengan kisaran harga juga sekitar 600 jutaan.

Proses dirinya menjadi seorang pengusaha yang mandiri sangat menginspirasi. Dia tidak dilahirkan dari keluarga yang berada. Kuliahnya dulu di Teknik Sipil Petra Surabaya pun dibiayai oleh pamannya. Dia juga menyinggung, karena prosesnya yang benar-benar berangkat dari nol itulah, hingga dia tidak pelit membagikan ilmunya dengan kami.

Dengan mantap dia berkata pada kami, "Kalian belajarlah. Mulai dari yang kecil-kecil dulu. Saya dulu juga begitu."

Ah, Tuhan sudah mengirimkan seorang guru lagi. Saya jadi ingat sebuah pepatah bijak (saya lupa darimana, mungkin salah satu dari Zen?) "Ketika Sang Murid Siap, Datanglah Sang Guru"

Benar. Ketika saya baru mulai berpikir ke arah sana, saya seperti ditunjukkan jalan ke Pak Roni, Pak Purdie, Candra dan yang lain-lainnya.

Subhanallah.

Wednesday, July 18, 2007

Bisnis Bagi Pemula

Beruntunglah mereka yang memiliki keluarga pengusaha. Sejak kecil, sudah dibiasakan dengan kegiatan-kegiatan bisnis. Sehingga tidak heran, mereka sudah tidak canggung lagi ketika suatu saat menjalankan bisnis mereka sendiri.

Saya tidak seberuntung itu. Keluarga besar saya, baik dari pihak Ibu maupun Bapak sangat jarang yang menjadi pedagang/pengusaha. Menjadi PNS, anggota TNI/Polri maupun karyawan, adalah profesi utama keluarga saya.

Lalu, apakah saya akan menerima begitu saja nasib saya? Hanya karena saya tidak terbiasa dengan kegiatan bisnis, atau pola pikir/mindset seorang pengusaha, terus saya akan menyerah dan selamanya menjadi karyawan?

Pengalaman memang penting. Tapi kita tidak harus mengalaminya sendiri. Pengalaman orang lain juga bisa dijadikan pelajaran. Untunglah, saya menemukan website Pendiri TDA ini. Saya juga berkesempatan untuk mengikuti workshop Enterpreneur University-nya Pak Purdi E Chandra. Sejak itu, proses menjadi seorang pengusaha sepertinya mengalir begitu saja.

Di TDA, banyak sekali inspirasi maupun tips yang sifatnya street smart. Di EU, selain mendapatkan tips-tips bisnis, saya juga bertemu dengan partner bisnis saya sekarang, yaitu Candra dan Zainal. Masih ada satu partner lagi yaitu Juni. Tanpa kita sadari, kita berempat ternyata memiliki kompentensi masing-masing, yang saling melengkapi. Candra kuat di keuangan, maklumlah, latar belakang keluarganya memang pengusaha semua. Juni sangat bagus di SDM dan birokrasi. Zainal, sebagai manajer sebuah perusahaan konsultan, kemampuan manajerialnya sangat bagus. Sementara saya sendiri lumayan bagus di ide-ide marketing, dan bisa memanfaatkan kontraktor-kontraktor rekanan perusahaan tempat saya bekerja untuk merenovasi tempat usaha.

Saya berkesimpulan, seseorang yang sangat awam di bidang bisnis seperti saya tetap bisa menjadi seorang pengusaha jika melakukan hal-hal seperti berikut :

1. Tetap belajar dan selalu open mind. TDA adalah resources yang bagus.

2. Berkolaborasilah. Sangat beresiko bagi seorang awam untuk mencoba berbisnis sendiri. Dengan berkolaborasi, modal menjadi lebih ringan, dan semua hal bisa dipikirkan bersama-sama.

3. Perluas networking.

Itu adalah langkah untuk berpindah ke kuadran kanan versi saya. Barangkali dari pembaca ada yang mau menambahkan?

Sunday, July 15, 2007

Inspirasi Bisnis : Bakmi Jogja

Di Samarinda, baru saja dibuka Bakmi Jogja. Mungkin, baru sekitar 1 bulan. Saya tidak tau itu franchise atau bukan. Lokasinya terlewati oleh saya setiap kali berangkat - pulang kerja. Setiap kali saya melewatinya, selalu ramai dengan pengunjung. Spontan, insting bisnis saya bertanya, apa yang membuatnya begitu digemari masyarakat Samarinda dalam waktu yang begitu singkat?

Terdorong oleh rasa penasaran (saya lebih tertarik dengan bisnisnya daripada rasa bakminya), saya pun mencobanya ketika pulang dari tempat kerja. Ketika saya datang, di bagian depan penuh dengan orang yang sedang mengantri untuk dibungkuskan. Di bagian dalam, penuh juga. Bisnis yang mantap, kata saya dalam hati.

Ternyata, Bakmi Jogja cuma menyajikan 3 menu, yaitu Mie Goreng, Mie Rebus dan Nasi Goreng. Semua harganya sama, 8000 rupiah. Minumannya pun hanya softdrink (Fanta, Teh Botol Sosro, dan Aqua botol tanggung) dengan harga yang juga seragam, 3000 rupiah. Rasa makanannya? Hmm... biasa saja. Tidak istimewa. Bahkan mungkin lebih enak Bakmi atau Nasi Goreng keliling yang biasa lewat di depan rumah. Lalu, apa yang membuatnya laris luar biasa?

Saya akui, owner Bakmi Jogja ini cukup cerdik. Sengaja dibuatnya pilihan menu yang sedikit, jadi tidak ribet. Belanja bahan baku lebih mudah. Pelayanan kepada konsumen pun jadi lebih cepat, karena memasaknya juga bisa banyak porsi sekaligus. Ketika menghitung bill-nya pun bisa cepat. Cukup bertanya, makannya berapa, minumnya berapa. Karena semua harganya sama.

Memang belum terbukti, apakah Bakmi Jogja akan tetap laris seperti sekarang ini untuk waktu-waktu yang akan datang. Namun, terlepas dari itu, saya tetap salut dengan strateginya yang irit menu itu. Saya bahkan tidak malu-malu untuk meniru model bisnisnya untuk diterapkan pada bisnis saya nanti. Pokoknya ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) saja. Tentang marketingnya yang membikin laris manis itu? Gampaaang.... semuanya sudah diajarkan Pak Tung DW dan Pak Purdie Chandra. Tinggal actionnya saja.

Dan tibalah saatnya.....

Besok, Senin 16 Juli 2007, TK & Playgroup kami resmi memulai hari pertama. Alhamdulilaah... Kami bangga dengan pencapaian ini, setelah sekian bulan bekerja mempersiapkannya.

Jumlah murid sampai dengan tulisan ini diturunkan sudah mencapai 50 orang. Hasil yang cukup menggembirakan, mengingat kami baru menjalankan kegiatan marketing secara efektif pada bulan April. Ternyata mepetnya waktu tidak membuat kami panik. Justru membuat kami makin kreatif dalam aktifitas marketing.

Satu langkah sudah dijalani. Action pertama sudah terlaksana. Tapi jalan masih panjang. Kami harus menjaga amanah para orang tua yang sudah mempercayakan putra-putrinya kepada kami. Kualitas, kualitas dan sekali lagi kualitas, adalah mantra yang harus senantiasa kami terapkan di bisnis ini. Tahun pertama ini menjadi ujian. Jika kita bisa menunjukkan komitmen akan kualitas, tahun kedua kita tidak usah repot-repot menjalankan aktifitas marketing. Orang tua / konsumen yang puas adalah marketer yang paling efektif.

Sekarang, saatnya memikirkan : apa bisnis selanjutnya?

Wednesday, July 11, 2007

Adrenalin meningkat...!!!

Minggu-minggu ini, ketegangan, sekaligus rasa excited yang luar biasa, sangat terasa. Ya, persiapan menuju detik-detik pembukaan TK secara resmi sudah di depan mata. Tepatnya tanggal 16 Juli (hari senin) besok. Minggu kemarin kelas percobaan sudah sukses terlaksana. Alhamdulilah, semua berjalan lancar. Memang, masih ada sedikit-kekurangan di sana-sini. Kanopi yang belum selesai terpasang, beberapa tembok masih perlu dicat, taman dalam belum diberi koral, masalah kabel yang masih bersliweran dan sebagainya. Tapi secara umum, semua persiapan sudah 90% sempurna.

Tadi sore, Zaenal, salah satu partner di TK ngirim sms, katanya jumlah murid yang mendaftar resminya sudah 50 orang. What a great news! Sekali lagi, salah satu bukti bahwa the attractor factor bekerja! Kita masih optimis, nanti setelah kelas resmi dibuka, murid-murid playgroup akan masih bertambah lagi. Setidaknya, kelas shift siang akan terisi penuh. Amiiin.... Berpikir positif...optimis...optimis.... And let the attractor factor works!