Thursday, August 23, 2007

Tangga dan Lift

Tangga dan Lift memiliki fungsi yang sama. Sebagai connector antara lantai bawah ke lantai atasnya pada sebuah gedung. Dengan lift, kita tidak usah cape-cape, tinggal masuk, tekan tombol untuk menuju lantai berapapun yang kita inginkan, tunggu barang 1 - 5 menit (tergantung tingginya gedung)....wuzzz sampailah kita. Lain halnya dengan tangga. Kita sepenuhnya menggunakan tenaga dan kemampuan kita sendiri untuk menuju lantai yang kita inginkan. Karena itulah, pada masa sekarang tangga umumnya digunakan untuk ketinggian gedung maksimal 4 lantai. Lebih dari itu? Fiuhhh... bisa-bisa betis bengkak-bengkak.

Kita dibikin nyaman oleh lift. Nyaris tak ada tenaga yang kita keluarkan. Sudah ada motor penggerak yang digerakkan oleh energi listrik. Jadi tenaga kita diganti dengan energi listrik. Di sini, kita tergantung pada motor penggerak yang mengangkat lift dan energi listrik yang menggerakkan motor. Satu-satunya tenaga yang kita keluarkan mungkin hanya untuk menekan tombol saja. Selebihnya, kita pasif dan "pasrah" saja, dibawa oleh lift, naik ataupun turun.

Sebaliknya, tangga menuntut kita untuk aktif sepenuhnya. Tenaga yang kita keluarkan sebanding dengan pencapaian kita. Naik dari lantai 1 ke lantai 3 tentu saja butuh energi 2x lipat dibandingkan dengan naik dari lantai 1 ke lantai 2. Kita diharuskan aktif. Seberapa tinggi kita ingin naik, atau seberapa cepat kita ingin sampe ke lantai yang kita tuju tidak tergantung pada siapa-siapa. Kita sendiri yang menentukan.

Kehidupan ini mirip dengan tangga dan lift. Seringkali kita mengandalkan faktor eksternal untuk meraih tujuan kita. Sama seperti lift, faktor eksternal berada di luar kontrol kita. Jika lift bisa tiba-tiba macet karena rusak atau mati listrik, faktor eksternal pun bisa "macet" tanpa kita bisa mencegahnya. Nepotisme dalam karir maupun bisnis adalah "lift" kita. Dengannya, kita bisa "naik" ke posisi yang lebih tinggi dengan lebih cepat. Tapi, siapa yang bisa mencegah jika "lift" itu ternyata tiba-tiba macet, orang yang kita jadikan "gantungan" tiba-tiba pindah jabatan atau dipecat misalnya?

Jika kita menapaki tangga kehidupan kita sendiri, semuanya berada dalam kontrol kita. Kita tinggal melangkah saja. Tidak perlu melihat keseluruhan anak tangga. Cukup melangkah ke anak tangga yang di depan kita saja. Toh nantinya akan sampai juga. Mau cepat atau lambat atau seberapa tinggi kita ingin meraih tujuan kita, kita sendiri yang menentukan. Jika ingin lebih cepat atau lebih tinggi, tentunya "energi" yang kita keluarkan harus lebih besar. Energi di sini adalah skill kita, sikap dan mental kita. Senantiasa belajar adalah cara untuk meningkatkan energi ini.

Bukankah jauh lebih membahagiakan, mencapai tujuan kita dengan upaya kita sendiri? Kita sendiri yang menentukan nasib kita, bukan orang lain. Dan kitapun tidak perlu kuatir akan mati listrik. Karena kaki kita sudah terbiasa menapaki tangga-tangga kehidupan kita sendiri.

No comments: